Powered By Blogger

Tuesday, April 21, 2009

7. True or not, the Gospel of Barnabas is the gospel that 'original' rather than the four Gospels (the Gospels of the New Testament)?
This question was obviously not true, and contains elements ‘nonsense’! How Canonical Gospels be compared 'just' with 'gospel' of the XVI century (that is, if forced to call it gospel!). OK, fine, we just replied : Christians didn't know about the Gospel of Barnabas tuch, beside that the speaking Italian gospel ‘suddenly’ appeared sixteenth century it is clear not recognized by any Christian, even by those non-Christians are honest and sincere will admit that ‘suddenly gospel’ this is a forgery. One example, in Article 3 of the gospel of Barnabas about the birth of Jesus is said that Jesus was born at the time of Herod, by decree of Caesar Augustus, and Pilate was the governor. Well, ‘the nonsense’looks very clear khan? How can be Pilate was a governor at the time of the birth of Jesus, according to the history books new Pilate served prefect or governor in the region with the assumption that the earliest start of the year 20 AD until 37 AD Lha, the birth of Jesus then what year? And it was Herod the Great died in 4 BC. This is called 'keliru ing pandum' (wrong in what is a part). One more thing, mentioned also that when Jesus was born, Annas and Caiaphas the high priest was so, so when the high priest Annas 6-15 years AD, was Caiaphas who succeeded under Emperor Tiberius and appointed by Valerius Gratus, officials before Pontius Pilate.
Barnabas Gospel writers seem very impatient or even less well understood Bible verses and the Islamic faith itself. In the chapter of this false gospel 220:20 says, “Will come prophet named Muhammad. And this will go on until the coming of Muhammad Rasul Allah that when he arrived to unload his deceit for those who believe in the Law of God.” From the verse is clear that the author of the gospel of Barnabas go beyond the ethical prophecy, where the prophecy is more emphasis on certain characteristics or a certain time and not vulgar in the name. Ibn Ishaq (VIII century AD) is believed to be the first to cite the Gospel of John in the Palestinian Syriac dialect of 'The Other Helper' was interpreted prophecies concerning the presence of Muhammad from a word that does not directly spoken name of Muhammad but Parakletos although the matching with Ahmad / Muhammad is Periklitos not Parakletos). From this verse we can also see other irregularities when the writers 'gospel' of Barnabas states “... Muhammad Messenger of Allah when it comes to dismantling the falsity ini ...”. If it's false gospel was written by the Apostle Barnabas (I or II century AD), why should you wait for the arrival of the Prophet, Arabic (VII century AD), when writers 'gospel' Barnabas had already revealed the falsehood that there are deviations and teachings of Christ are happened at that time. Christians do not have to wait until 6 centuries later because of the Gospel of Barnabas is a very complete to overcome the false teachings of Paul and the disciples of Jesus more.
Barnabas was a man who became a friend of Paul's ministry. He comes from a Jewish family living in Cyprus. Barnabas as well as with Paul, including the new converts so as not included in the number of 12 apostles chosen directly by Jesus Christ. So my personal opinion, rather odd to say that Jesus also was believed that the density of Barnabas 'vent' to Barnabas even to cry lamenting the fate of his teaching that students diverted him. If Jesus was so close to Barnabas, surely He will put the numbers 12 apostles, or even he would make the beloved disciple. But it did not have the facts. Barnabas does not include numbers 12 apostles.
Some claimed that Paul also did not include numbers 12 apostles. Yes, Paul is also not in the first 12 apostles of Jesus, thus he is also the same as Barnabas did not receive direct instruction from Jesus Christ, apart from the 'vision of Damascus'. Instead of a standard is the teaching of Jesus to the 12 apostles of Jesus this option. Anyone who later in life should remain in the 'tracks' teachings received 12 first Apostles of Jesus from the mouth of the Messiah himself, anyone including Paul, Barnabas, Apollos, the evangelists Mark, Luke, Polycarp of Smyrna, Ignatius of Anthiokia and people who called by the mediation of Jesus teaching the disciples.
If it is true Barnabas writes his own 'gospel', is very unnatural if he writes things that are contrasting or contrary to what was written by disciples of others. Even 2 of the four canonical gospels attributed to Matthew and John's name (which is clearly included 12 directly elected student Jesus) was the very opposite of what is called a 'gospel' Barnabas. Mark also wrote his gospel according to what he receives from the teaching of the Apostle Peter, also contrary to the 'gospel' of Barnabas (although it is clear that the Apostle Peter had been with Jesus Christ since the beginning of the proclamation of His gospel). Of course, for Christians is difficult to accept something so different / contrary to the gospel that has been acknowledged by all Christians as Jesus' teaching the disciples received Jesus and passed on to Christians all ages through the preaching of Jesus disciples.
Kif there is a non-Christian people who receive it as an original 'gospel', yes that's fine. Like the Apostle Paul's message to the church at Corinth, “For if someone comes to you and preaches a Jesus other than the Jesus we preached, or if you receive a different spirit from the one you received, or a different gospel from the one you accepted, you put up with it easily enough.” (2 Cor 11:4)
6.Apa benar ada dosa asal dan dosa warisan, padahal dalam Yehezkiel 18:2,20 dikatakan ‘anak tidak akan turut menanggung dosa ayahnya, dan ayah tidak akan turut menanggung dosa anaknya’?
Kalau pertanyaan di atas, penulis ga’ mau mengatasnamakan orang Kristen semua, tetapi hanya mau menjawab menurut pendapat pribadi saja. Jawab saya: Yang benar adalah manusia mengalami ‘suatu akibat’ dari dosa yang dilakukan oleh leluhur umat manusia. Dosa itu tidak mewaris tetapi dampaknya dapat kita lihat dan rasakan. Kalau dalam ilmu kriminologi, kita semua ini mempunyai ‘bakat jahat’ sejak kita dilahirkan di dunia. Contoh kecil, dari kecil saja kita sudah mempunyai sifat ingin memiliki milik orang lain; anak-anak kecil sering kali berebut mainan, makanan dan sebagainya. Kemudian, agak besar sedikit ada kecenderungan dalam diri kita untuk berbohong. Nah, contoh-contoh sederhana inilah yang membuktikan bahwa kita ‘diperanakkan dalam kesalahan, dikandung ibu dalam dosa’ (Mazmur 51:7).
Kejatuhan leluhur manusia, Adam dan Hawa, di dalam dosa mengakibatkan semua keturunan manusia mempunyai kecenderungan berperilaku moral yang buruk dan tidak sesuai dengan Gambar dan Rupa Allah seperti pada masa awal penciptaan manusia (Kej 1:26-27). Kita tidak akan mengajarkan anak-anak kita melakukan hal-hal yang berlawanan dengan moral, namun tetap saja ada kecenderungan anak-anak kita melakukan perbuatan yang berlawanan dengan moralitas umum manusia. Diciptakan menurut Gambar dan Rupa Allah berarti manusia diberkati sekaligus sebagai refleksi ilahi dan hakikat kodrat-ilahi dalam kepanunggalan-Nya dengan Kristus, Anak Allah. Gambar Allah yang berarti menyatakan sifat-sifat Allah seperti kasih, adil, jujur, tidak sombong dsb dan melalui perilaku yang menyatakan sifat-sifat Allah inilah manusia mencapai hakikat-kodrat ilahi (Rupa Allah).
Kedatangan Firman Allah ke dunia dalam diri manusia Yesus bertujuan untuk menyatukan kembali hubungan Allah-manusia yang telah rusak. Karena jatuh di dalam dosa manusia tidak dapat bersatu dengan Allah Yang Maha Suci, Gambar dan Rupa Allah menjadi rusak sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa. Sang Firman telah nuzul dalam diri manusia Yesus, benar-benar menjadi ‘daging’ (sarx) tidak lagi hanya menampakkan diri (Theopany) melainkan inkarnasi (Incarnatio) sehingga dengan mengenakan tubuh kemanusiaan inilah Firman Allah dalam kodrat ilahi-Nya memanunggalkan kembali antara manusia dengan kodrat asalinya yaitu Gambar dan Rupa Allah, kemudian melalui peristiwa penyaliban di Bukit Golgota maka derajat manusia yang telah jatuh akibat dosa sehingga kita tidak lagi mempunyai Gambar dan Rupa Allah yang utuh dalam diri kita, dapat terangkat kembali sehingga dapat bersatu kembali bersama Allah karena kodrat kemanusiaan kita adalah untuk menjadi “sama seperti Dia” (1 Yoh 3:2), yaitu “ambil bagian dalam kodrat ilahi” (2 Ptr 1:4) sehingga disebut “anak-anak Allah”.

Wednesday, April 1, 2009

5. Kisah Para Rasul 2:1-13, bahasa roh atau bahasa manusia?
Pertanyaan ini sebetulnya menjadi pertanyaan kita semua. Perbedaan pendapat tentang turunnya Roh Kudus pada peristiwa Pentakosta di Yerusalem setelah kenaikan Yesus Kristus ke sorga telah berlangsung lama dan terjadi di internal umat Kristen. Berbagai pendapat dikemukakan oleh satu golongan umat Kristen belum tentu dapat diterima oleh golongan umat Kristen yang lain. Dan harus diakui tidak ada jawaban sederhana tentang pertanyaan ini. Perang ayat pasti akan terjadi jika dipaksakan tafsiran satu golongan kepada golongan yang lain. Bagi saya, biarlah perbedaan pandangan ini terjadi dan Anda-anda sendirilah yang berhak meyakini suatu pandangan tertentu atau bahkan mempunyai pandangan sendiri yang berbeda dengan pandangan-pandangan yang telah ada dan diyakini oleh masing-masing golongan dalam umat Kristen, sepanjang Anda berpegang pada “Jangan melampaui yang ada tertulis, supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan mengutamakan yang satu dari pada yang lain.” (1 Kor 4:6) dan “Berpeganglah pada keyakinan yang engkau miliki itu, bagi dirimu sendiri di hadapan Allah.” (Rm 14:22)
Terdapat 9 macam karunia-karunia Roh Kudus yang dikemukakan Rasul Paulus: hikmat (sophia), pengetahuan (ma’rifat, gnosis), iman (pistis), karunia penyembuhan (kharismata iamaton), mengadakan mujizat (energema dunamis), nubuat (propheteia), membeda-bedakan roh (diakrisis pneuma), glosolalia (bahasa roh), dan menafsirkan (hermenia) glosolali (1 Kor 12:8-10). Selain daftar tersebut, ternyata Rasul Paulus masih memberikan daftar-daftar karunia roh yang lain, yaitu:
− Roma 12:6-8
12:6 Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita.
12:7 Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar;
12:8 jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.
− 1 Korintus 12:28-30
12:28 Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh.
12:29 Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat,
12:30 atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?
− Efesus 4:11
4:11 Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,
Rasul Paulus menunjukkan kepada umat Kristen bahwa tujuan dari diberikannya karunia-karunia Roh Kudus adalah “untuk melengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus” (Ef 4:12). Rasul Paulus tidak pernah menyatakan bahwa glosolalia sebagai karunia terpenting. Ia mengajarkan bahwa nubuat itu lebih berharga dari bahasa lidah (glosolali) karena nubuat itu “membangun jemaat (gereja)” (1 Kor 14:5). Jika ada bahasa lidah maka itupun harus diterjemahkan “sehingga jemaat dapat dibangun”, sebagaimana ditekankan kembali dalam 1 Kor 14:12. Ini karena keprihatinan Rasul Paulus akan penggunaan bahasa roh yang berlebihan padahal bahasa roh atau bahasa lidah tanpa tafsir tersebut membuat orang lain tidak dibangun olehnya (1 Kor 14:17), sebab bahasa lidah tersebut hanya berfungsi untuk “membangun diri sendiri” (1 Kor 14:4) yang jelas tidak sesuai dengan tujuan diberikannya karunia-karunia Roh Kudus yaitu membangun jemaat atau pelengkap pekerjaan pelayanan bagi pembangunan “tubuh Kristus” (jemaat atau gereja) tersebut (1 Kor 14:5, Ef 4:12).
1 Kor 14:6 Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran? Rasul Paulus dengan tegas menyatakan bahwa jika ia datang kepada sidang jemaat di Korintus kemudian ia hanya berbahasa roh maka yang dilakukannya tidak ada gunanya (kata ὠφελέω ōpheleō yang digunakan dalam bahasa Yunani berarti membantu, menguntungkan, berguna, bermanfaat) bagi jemaat di Korintus karena bahasa roh –meskipun ia sarankan bagi setiap orang untuk memperoleh karunia-karunia roh (1 Kor 14:1)– hanya untuk membangun diri sendiri bukan untuk kepentingan jemaat secara keseluruhan.
1 Kor 14:9 Demikianlah juga kamu yang berkata-kata dengan bahasa roh: jika kamu tidak mempergunakan kata-kata yang jelas, bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang kamu katakan? Kata-katamu sia-sia saja kamu ucapkan di udara! Ουτως και υμεις δια της γλωσσης εαν ευσημον λογον δωτε πως γνωσθησεται το λαλουμενον εσεσθε γαρ εις αερα λαλουντες. Outos kai umeis dia tes glosses ean eusemon logon dote pos gnosthesetai to laloumenon esesthe gar eis aera lalountes.
1 Kor 14:10 Ada banyak -- entah berapa banyak -- macam bahasa di dunia; sekalipun demikian tidak ada satu pun di antaranya yang mempunyai bunyi yang tidak berarti.
1 Kor 14:11 Tetapi jika aku tidak mengetahui arti bahasa itu, aku menjadi orang asing bagi dia yang mempergunakannya dan dia orang asing bagiku.
Kita harus jujur bahwa bahasa roh adalah bahasa yang sangat asing bagi kita manusia di manapun kita tinggal dan dengan bahasa manusia manapun kita berbicara (bahkan kata yang digunakan untuk menunjukkan rasa asing pada ayat 11 adalah barbaros yang bisa berarti orang yang berbicara bahasa asing namun juga dapat diartikan orang yang berbicara bahasa yang kasar ataupun keras). Pada suatu kesempatan saya mendengar orang sedang berbahasa roh dengan mengucapkan kalimat-kalimat yang janggal dan asing bagi telinga orang Jawa (Indonesia) seperti saya. Di telinga saya kalimat yang terucap dari orang tersebut terdengar seperti sedang berbicara bahasa Jepang dicampur bahasa Spanyol atau Italia sebab hampir semua kata diakhiri dengan huruf vokal a atau o. Kemudian di kesempatan lain penulis mendengar ucapan dari orang yang sedang berbahasa roh yang lain dengan yang sebelumnya sebab yang terdengar di telingan penulis seperti bahasa India atau Sansekerta (tetapi bukan logat India yang godeg-godeg itu). Mungkin suatu saat akan ada kesempatan bagi penulis untuk mendengarkan bahasa roh yang lain lagi sebab golongan Kharismatik Amerika pun pernah menyatakan bahwa bahasa roh terdengar laksana bahasa China, siapa tahu nantinya penulis mendengar bahasa roh yang lebih familiar dengan latar belakang budaya penulis yaitu bahasa Jawa, Indonesia, Inggris supaya penulis tahu apa yang sedang dibicarakannya oleh sebab orang yang berbahasa roh tersebut tidak menjelaskan arti dari kata-kata asing yang baru saja diucapkannya juga tidak ada juru tafsir kata-kata tersebut yang membuat penulis pulang dengan tanda tanya besar akan arti kata-kata yang terdengar di telinga “sakarata sokoro”, ... entah.
1 Kor 14:18 Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua.
1 Kor 14:19 Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.
Saya tidak berpikir bahwa Rasul Paulus menyatakan bahwa ia berbahasa roh lebih dari semua jemaat Korintus dalam konteks menyombongkan diri tetapi ini merupakan alat untuk mengingatkan jemaat Korintus sebab sudah menjadi hal umum bahwa orang biasanya akan meniru orang yang lebih dari padanya. Jika Rasul Paulus saja yang berbahasa roh lebih banyak dari semua jemaat Korintus memilih untuk mengucapkan lima kata yang dimengerti orang maka para jemaat yang bahasa roh-nya masih di bawah Rasul Paulus juga akan berbicara dengan kata-kata yang dimengerti orang dalam pertemuan jemaat.
1 Kor 14:27 Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya.
1 Kor 14:28 Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.
Ketegasan Rasul Paulus dinyatakan pada ayat-ayat di atas. Dalam suatu pertemuan jemaat, jika ada yang berkata-kata dengan bahasa maka dibatasi jumlahnya, diatur urutannya dan ada ketentuan mutlak yaitu harus ada yang menafsirkannya sebab jika tidak ada orang lain yang dapat menafsirkannya maka hal tersebut (berkata-kata dengan bahasa roh) tidak diperkenankan untuk umum (jemaat) sehingga orang-orang yang berbicara dengan bahasa roh harus berdiam diri dan hanya diperkenankan berkata-kata kepada diri sendiri dan kepada Allah saja. Ada maksud yang jelas dari Rasul Paulus menyatakan larangan ini, yaitu bahwa dalam pertemuan jemaat yang dipentingkan adalah untuk membangun jemaat secara bersama-sama bukan hanya untuk sekedar membangun individu masing-masing jemaat dengan berbahasa roh melainkan membangun jemaat dengan nubuat, pengajaran, dan pujian bagi Allah.
1 Kor 14:23 Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila?
Dari ayat di atas jelas bahwa bagi Rasul Paulus jemaat Kristen haruslah manjadi jemaat yang peka terhadap lingkungan sosial masyarakat di mana jemaat itu berada. Tidak bisa jemaat Kristen berkata bahwa mereka tidak peduli dengan apa kata orang luar atau orang tidak beriman misalnya bahwa iman Kristen tidak rasional salah satunya adalah bahasa roh sebab ada kalanya jemaat Kristen yang sedang mengalami fenomena roh berteriak-teriak tidak karuan, menangis keras-keras, tertawa terbahak-bahak yang sudah pasti menimbulkan reaksi dari lingkungan sekitar yang paling sederhananya hanya mengatakan “Orang gila!” tetapi dalam bentuk ekstrim (karena merasa terganggu sehingga timbul rasa antipati) akan menggunakan cara-cara kekerasan yang justru tidak menguntungkan bagi jemaat Kristen sendiri.