Powered By Blogger

Tuesday, April 21, 2009

6.Apa benar ada dosa asal dan dosa warisan, padahal dalam Yehezkiel 18:2,20 dikatakan ‘anak tidak akan turut menanggung dosa ayahnya, dan ayah tidak akan turut menanggung dosa anaknya’?
Kalau pertanyaan di atas, penulis ga’ mau mengatasnamakan orang Kristen semua, tetapi hanya mau menjawab menurut pendapat pribadi saja. Jawab saya: Yang benar adalah manusia mengalami ‘suatu akibat’ dari dosa yang dilakukan oleh leluhur umat manusia. Dosa itu tidak mewaris tetapi dampaknya dapat kita lihat dan rasakan. Kalau dalam ilmu kriminologi, kita semua ini mempunyai ‘bakat jahat’ sejak kita dilahirkan di dunia. Contoh kecil, dari kecil saja kita sudah mempunyai sifat ingin memiliki milik orang lain; anak-anak kecil sering kali berebut mainan, makanan dan sebagainya. Kemudian, agak besar sedikit ada kecenderungan dalam diri kita untuk berbohong. Nah, contoh-contoh sederhana inilah yang membuktikan bahwa kita ‘diperanakkan dalam kesalahan, dikandung ibu dalam dosa’ (Mazmur 51:7).
Kejatuhan leluhur manusia, Adam dan Hawa, di dalam dosa mengakibatkan semua keturunan manusia mempunyai kecenderungan berperilaku moral yang buruk dan tidak sesuai dengan Gambar dan Rupa Allah seperti pada masa awal penciptaan manusia (Kej 1:26-27). Kita tidak akan mengajarkan anak-anak kita melakukan hal-hal yang berlawanan dengan moral, namun tetap saja ada kecenderungan anak-anak kita melakukan perbuatan yang berlawanan dengan moralitas umum manusia. Diciptakan menurut Gambar dan Rupa Allah berarti manusia diberkati sekaligus sebagai refleksi ilahi dan hakikat kodrat-ilahi dalam kepanunggalan-Nya dengan Kristus, Anak Allah. Gambar Allah yang berarti menyatakan sifat-sifat Allah seperti kasih, adil, jujur, tidak sombong dsb dan melalui perilaku yang menyatakan sifat-sifat Allah inilah manusia mencapai hakikat-kodrat ilahi (Rupa Allah).
Kedatangan Firman Allah ke dunia dalam diri manusia Yesus bertujuan untuk menyatukan kembali hubungan Allah-manusia yang telah rusak. Karena jatuh di dalam dosa manusia tidak dapat bersatu dengan Allah Yang Maha Suci, Gambar dan Rupa Allah menjadi rusak sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa. Sang Firman telah nuzul dalam diri manusia Yesus, benar-benar menjadi ‘daging’ (sarx) tidak lagi hanya menampakkan diri (Theopany) melainkan inkarnasi (Incarnatio) sehingga dengan mengenakan tubuh kemanusiaan inilah Firman Allah dalam kodrat ilahi-Nya memanunggalkan kembali antara manusia dengan kodrat asalinya yaitu Gambar dan Rupa Allah, kemudian melalui peristiwa penyaliban di Bukit Golgota maka derajat manusia yang telah jatuh akibat dosa sehingga kita tidak lagi mempunyai Gambar dan Rupa Allah yang utuh dalam diri kita, dapat terangkat kembali sehingga dapat bersatu kembali bersama Allah karena kodrat kemanusiaan kita adalah untuk menjadi “sama seperti Dia” (1 Yoh 3:2), yaitu “ambil bagian dalam kodrat ilahi” (2 Ptr 1:4) sehingga disebut “anak-anak Allah”.

No comments: