5. Kisah Para Rasul 2:1-13, bahasa roh atau bahasa manusia?
Pertanyaan ini sebetulnya menjadi pertanyaan kita semua. Perbedaan pendapat tentang turunnya Roh Kudus pada peristiwa Pentakosta di Yerusalem setelah kenaikan Yesus Kristus ke sorga telah berlangsung lama dan terjadi di internal umat Kristen. Berbagai pendapat dikemukakan oleh satu golongan umat Kristen belum tentu dapat diterima oleh golongan umat Kristen yang lain. Dan harus diakui tidak ada jawaban sederhana tentang pertanyaan ini. Perang ayat pasti akan terjadi jika dipaksakan tafsiran satu golongan kepada golongan yang lain. Bagi saya, biarlah perbedaan pandangan ini terjadi dan Anda-anda sendirilah yang berhak meyakini suatu pandangan tertentu atau bahkan mempunyai pandangan sendiri yang berbeda dengan pandangan-pandangan yang telah ada dan diyakini oleh masing-masing golongan dalam umat Kristen, sepanjang Anda berpegang pada “Jangan melampaui yang ada tertulis, supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan mengutamakan yang satu dari pada yang lain.” (1 Kor 4:6) dan “Berpeganglah pada keyakinan yang engkau miliki itu, bagi dirimu sendiri di hadapan Allah.” (Rm 14:22)
Terdapat 9 macam karunia-karunia Roh Kudus yang dikemukakan Rasul Paulus: hikmat (sophia), pengetahuan (ma’rifat, gnosis), iman (pistis), karunia penyembuhan (kharismata iamaton), mengadakan mujizat (energema dunamis), nubuat (propheteia), membeda-bedakan roh (diakrisis pneuma), glosolalia (bahasa roh), dan menafsirkan (hermenia) glosolali (1 Kor 12:8-10). Selain daftar tersebut, ternyata Rasul Paulus masih memberikan daftar-daftar karunia roh yang lain, yaitu:
− Roma 12:6-8
12:6 Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita.
12:7 Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar;
12:8 jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.
− 1 Korintus 12:28-30
12:28 Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh.
12:29 Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mujizat,
12:30 atau untuk menyembuhkan, atau untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?
− Efesus 4:11
4:11 Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar,
Rasul Paulus menunjukkan kepada umat Kristen bahwa tujuan dari diberikannya karunia-karunia Roh Kudus adalah “untuk melengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus” (Ef 4:12). Rasul Paulus tidak pernah menyatakan bahwa glosolalia sebagai karunia terpenting. Ia mengajarkan bahwa nubuat itu lebih berharga dari bahasa lidah (glosolali) karena nubuat itu “membangun jemaat (gereja)” (1 Kor 14:5). Jika ada bahasa lidah maka itupun harus diterjemahkan “sehingga jemaat dapat dibangun”, sebagaimana ditekankan kembali dalam 1 Kor 14:12. Ini karena keprihatinan Rasul Paulus akan penggunaan bahasa roh yang berlebihan padahal bahasa roh atau bahasa lidah tanpa tafsir tersebut membuat orang lain tidak dibangun olehnya (1 Kor 14:17), sebab bahasa lidah tersebut hanya berfungsi untuk “membangun diri sendiri” (1 Kor 14:4) yang jelas tidak sesuai dengan tujuan diberikannya karunia-karunia Roh Kudus yaitu membangun jemaat atau pelengkap pekerjaan pelayanan bagi pembangunan “tubuh Kristus” (jemaat atau gereja) tersebut (1 Kor 14:5, Ef 4:12).
1 Kor 14:6 Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran? Rasul Paulus dengan tegas menyatakan bahwa jika ia datang kepada sidang jemaat di Korintus kemudian ia hanya berbahasa roh maka yang dilakukannya tidak ada gunanya (kata ὠφελέω ōpheleō yang digunakan dalam bahasa Yunani berarti membantu, menguntungkan, berguna, bermanfaat) bagi jemaat di Korintus karena bahasa roh –meskipun ia sarankan bagi setiap orang untuk memperoleh karunia-karunia roh (1 Kor 14:1)– hanya untuk membangun diri sendiri bukan untuk kepentingan jemaat secara keseluruhan.
1 Kor 14:9 Demikianlah juga kamu yang berkata-kata dengan bahasa roh: jika kamu tidak mempergunakan kata-kata yang jelas, bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang kamu katakan? Kata-katamu sia-sia saja kamu ucapkan di udara! Ουτως και υμεις δια της γλωσσης εαν ευσημον λογον δωτε πως γνωσθησεται το λαλουμενον εσεσθε γαρ εις αερα λαλουντες. Outos kai umeis dia tes glosses ean eusemon logon dote pos gnosthesetai to laloumenon esesthe gar eis aera lalountes.
1 Kor 14:10 Ada banyak -- entah berapa banyak -- macam bahasa di dunia; sekalipun demikian tidak ada satu pun di antaranya yang mempunyai bunyi yang tidak berarti.
1 Kor 14:11 Tetapi jika aku tidak mengetahui arti bahasa itu, aku menjadi orang asing bagi dia yang mempergunakannya dan dia orang asing bagiku.
Kita harus jujur bahwa bahasa roh adalah bahasa yang sangat asing bagi kita manusia di manapun kita tinggal dan dengan bahasa manusia manapun kita berbicara (bahkan kata yang digunakan untuk menunjukkan rasa asing pada ayat 11 adalah barbaros yang bisa berarti orang yang berbicara bahasa asing namun juga dapat diartikan orang yang berbicara bahasa yang kasar ataupun keras). Pada suatu kesempatan saya mendengar orang sedang berbahasa roh dengan mengucapkan kalimat-kalimat yang janggal dan asing bagi telinga orang Jawa (Indonesia) seperti saya. Di telinga saya kalimat yang terucap dari orang tersebut terdengar seperti sedang berbicara bahasa Jepang dicampur bahasa Spanyol atau Italia sebab hampir semua kata diakhiri dengan huruf vokal a atau o. Kemudian di kesempatan lain penulis mendengar ucapan dari orang yang sedang berbahasa roh yang lain dengan yang sebelumnya sebab yang terdengar di telingan penulis seperti bahasa India atau Sansekerta (tetapi bukan logat India yang godeg-godeg itu). Mungkin suatu saat akan ada kesempatan bagi penulis untuk mendengarkan bahasa roh yang lain lagi sebab golongan Kharismatik Amerika pun pernah menyatakan bahwa bahasa roh terdengar laksana bahasa China, siapa tahu nantinya penulis mendengar bahasa roh yang lebih familiar dengan latar belakang budaya penulis yaitu bahasa Jawa, Indonesia, Inggris supaya penulis tahu apa yang sedang dibicarakannya oleh sebab orang yang berbahasa roh tersebut tidak menjelaskan arti dari kata-kata asing yang baru saja diucapkannya juga tidak ada juru tafsir kata-kata tersebut yang membuat penulis pulang dengan tanda tanya besar akan arti kata-kata yang terdengar di telinga “sakarata sokoro”, ... entah.
1 Kor 14:18 Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua.
1 Kor 14:19 Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.
Saya tidak berpikir bahwa Rasul Paulus menyatakan bahwa ia berbahasa roh lebih dari semua jemaat Korintus dalam konteks menyombongkan diri tetapi ini merupakan alat untuk mengingatkan jemaat Korintus sebab sudah menjadi hal umum bahwa orang biasanya akan meniru orang yang lebih dari padanya. Jika Rasul Paulus saja yang berbahasa roh lebih banyak dari semua jemaat Korintus memilih untuk mengucapkan lima kata yang dimengerti orang maka para jemaat yang bahasa roh-nya masih di bawah Rasul Paulus juga akan berbicara dengan kata-kata yang dimengerti orang dalam pertemuan jemaat.
1 Kor 14:27 Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya.
1 Kor 14:28 Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah.
Ketegasan Rasul Paulus dinyatakan pada ayat-ayat di atas. Dalam suatu pertemuan jemaat, jika ada yang berkata-kata dengan bahasa maka dibatasi jumlahnya, diatur urutannya dan ada ketentuan mutlak yaitu harus ada yang menafsirkannya sebab jika tidak ada orang lain yang dapat menafsirkannya maka hal tersebut (berkata-kata dengan bahasa roh) tidak diperkenankan untuk umum (jemaat) sehingga orang-orang yang berbicara dengan bahasa roh harus berdiam diri dan hanya diperkenankan berkata-kata kepada diri sendiri dan kepada Allah saja. Ada maksud yang jelas dari Rasul Paulus menyatakan larangan ini, yaitu bahwa dalam pertemuan jemaat yang dipentingkan adalah untuk membangun jemaat secara bersama-sama bukan hanya untuk sekedar membangun individu masing-masing jemaat dengan berbahasa roh melainkan membangun jemaat dengan nubuat, pengajaran, dan pujian bagi Allah.
1 Kor 14:23 Jadi, kalau seluruh Jemaat berkumpul bersama-sama dan tiap-tiap orang berkata-kata dengan bahasa roh, lalu masuklah orang-orang luar atau orang-orang yang tidak beriman, tidakkah akan mereka katakan, bahwa kamu gila?
Dari ayat di atas jelas bahwa bagi Rasul Paulus jemaat Kristen haruslah manjadi jemaat yang peka terhadap lingkungan sosial masyarakat di mana jemaat itu berada. Tidak bisa jemaat Kristen berkata bahwa mereka tidak peduli dengan apa kata orang luar atau orang tidak beriman misalnya bahwa iman Kristen tidak rasional salah satunya adalah bahasa roh sebab ada kalanya jemaat Kristen yang sedang mengalami fenomena roh berteriak-teriak tidak karuan, menangis keras-keras, tertawa terbahak-bahak yang sudah pasti menimbulkan reaksi dari lingkungan sekitar yang paling sederhananya hanya mengatakan “Orang gila!” tetapi dalam bentuk ekstrim (karena merasa terganggu sehingga timbul rasa antipati) akan menggunakan cara-cara kekerasan yang justru tidak menguntungkan bagi jemaat Kristen sendiri.
Wednesday, April 1, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment